Ada satu cerita yang diceritakan orang tua yang ada hubungan dengan istilah Massapeoq. Begini ceritanya: Ada seorang laki-laki di Kalosi yang bernama Manai. Menurut ceritera dia seorang raja atau yang memerintah di Kalosi. Dia juga orang pemberani.
Suatu ketika dia pergi beristeri ke Dante Mararih, satu kampung di dalam pemerintahan Baraka, di sebelah atasnya Balla. Waktu dia sudah kawin, dia tinggal di Balla dan dia dijadikan raja di Balla. Waktu itu orang Duri berperang dengan orang Toraja. Orang Toraja telah sampai di Salubarani dan agaknya orang Duri akan kalah.
Dari Salubarani datang orang memberitahukan Manai, bahwa kita akan dikalahkan oleh orang Toraja. Dan kalau anda tidak pergi membantu kami, pasti kita akan kalah. Manai berkata, bahwa kumpulkan semua orang yang akan pergi perang di lapangan Balla. Tetapi waktu itu lapangan itu belum disebut Balla, karena yang disebut Balla, waktu orang berkumpul, adalah tempat hamparkan tikar. Kata ballaran itu, artinya dalam bahasa Indonesia, hamparkan. Itulah dijadikan nama Balla sampai sekarang.
Sesudah semua orang berkumpul di Balla, masing-masing pergi ke rumahnya untuk mempersiapkan bekal untuk pergi berperang. Manai adalah pemimpin mereka dan dia juga telah pulang ke rumahnya. Sewaktu dia datang ke rumahnya, nasi isterinya belum masak, dan oleh karena dia berburu-buru untuk pergi, terpaksa dia angkat masakan isterinya dan menggulingkan periuk itu, dan semua nasi itu tertumpah. Isterinya malu sekali sehingga ia pergi ke kampungnya, Mararih.
Manai pergi juga dengan orang yang pergi berperang ke Toraja. Dalam perang lawan Toraja, Toraja kalah dan mereka diusir ke kampungya. Waktu orang Toraja datang ke kampungnya, banyak orang membantu mereka, sehingga mereka menang lagi.
Waktu itu Manai dibunuh dan orang Toraja memenggal kepalanya. Temannya membawa tubuhnya dari sana dan menguburkannya di Tarunjung.
Beginilah ceritanya. Oleh karena berpisah arah jalanan dengan isterinya maka bencana datang waktu dia pergi berperang, dan dia meninggal di Toraja. Inilah "massapeoq", suatu kepercayaan orang Duri, yaitu mereka yang mempunyai kepercayaan yang tipis tentang agama islam. Mereka tidak mau bermalam di satu rumah dengan orang yang bertujuan lain. Jadi kalau ada orang yang tinggal di rumah yang sama, dan mereka tidak sama tujuan, mereka harus terpisah bermalam, mereka tidak bermalam di satu rumah. Ataukah mereka pergi bergantian, yang seorang hari ini, dan yang seorang lagi esoknya. Karena mereka takut bahwa bencana akan kena mereka, seperti waktu Manai pergi berperang dan terpisah perjalanannya isterinya. Dan akhirnya Manai meninggal di Toraja dan kepalanya dipotong. Sampai sekarang, banyak orang Duri yang percaya tentang "massapeoq" ini. Tetapi kalau mereka tinggi pendidikannya dan dalam pengertiannya tentang agama, mereka tidak lagi mempercayai hal ini.