Yang mendatangi, yang didatangi, yang menyuruh, yang disuruh. Kalau sudah baik semua duduknya, dikatakanlah kata yang tidak beraturan ini. Permisi banyak-banyak kepada kita semua yang didatangi. Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang. Muda-mudahan keselamatan dari Allah tetap atas kamu, begitu juga rahmat Allah. Sudah sampai waktunya ini, kita bersyukur memuji kepada Allah SWT tidak putus-putusnya. Dan bacaan selawat kita kepada Nabi Muhammad kita yang tak putusnya. Jadi bersyukurlah kita memuji kepada Allah SWT, dan bersabarlah kita dari jajahannya Nabi Muhammad SAW.
Jadi sudah sampai waktunya saat ini hari ini, jam empat sore bahwa kita bertemu ini saling tatap muka, yang didatangi dan yang mendatangi. Kalau orang yang dari laki-laki mereka anggap dirinya bahwa, "Kami ini seperti bambu yang diikat, yang datang dari x yang gatal, yang datang dari tanduk yang tajam, yang betul-betul menghadap (kepada perempuan). Dan saat sekarang ini, di Baraka sini, putus tali pikulannya, patah kayu pikulannya."
Dia namakan dirinya bahwa, kami datang dari bawah, keempat kalinya tanah miring, dari atas x langit. Dia mencari yang sedarah kami, yang memegang betul sumpah, memegang erat janji. Dan kami yang dari laki-laki menganggap diri kami, "Kami sudah memikul kelapa yang berangkai, kami sudah menggendong pinang yang bertandan, kami sudah menjinjing padi yang berbulir, kami mencari orang yang memegang kata yang sebenarnya, memegang teguh janji."
Jadi kepada kita semua, sudah menghadaplah (terhadap perempuan) kami ini yang dari laki-laki, syukurlah dan terima kasih kami sekarang ini. Sudah terbentang tikar kami datangi, dan tangga sudah terbuka juga. Jadi sampai di sinilah acara kami ini yang dari laki-laki.
Dari perempuanlah akan menjawabnya dengan sepatah kata, dua kata. "Kami ini dari perempuan kasihan minta maaf benyak-banyak. Sudah lama kami mengerjakan damar, kasi nyalakan api. Menimbakan air orang kepada yang datang dari palasa makati, tanduk tajam. Muda-mudahan, kasihan, orang yang mempertanyakan kami, karena kami semua ini, kami dan siapa-siapa, muda-mudahan, (yang mendatangi kami) adalah orang yang mengerjakan, atau menuruti suruhan agama, yang takut meniggalkan waktu, malu x sunnah, dialah yang kami sangat harapkan. Kalau yang lainnya barang sudah semua. Jadi inilah pengharapan kami yang dari perempuan. Tangga rumah kami sudah lama terbuka, menunggu orang yang mematahkan kayu alat pikulannya, atau memutuskan tali pikulannya. Itulah yang dinamakan memegang kata-kata yang benar, memegang erat pesanan. Muda-mudahan ada kita punya reseki dalam kekompakan kita ini bagi kita semua sekarang. Dan yang disebabi yang kita dudukan sekarang ini, kita doakan dia kesana kemari. Agar supaya semua dalam daun-daun kayu gembira melihatnya (mereka). Anna takkappo to tallu naratui dau. Dan dia pakai agar tetap awet mudah, selalu cantik. Sampai di sinilah dari kami pihak perempuan ini, jadi tinggal kamu yang dari di luar, kalau masih ada penyemangat kamu lagi."
Jadi akhir kata ini. Akan tinggal saja kerbau menggerakkan kepalanya di atas gunung. Dan ikan bergerak di bawah laut. Dan anjing diam di selatan, diam ayam di utara, ayam tidak berkokok, anjing tidak menggonggong. Dan dilalui keduanya nanti, yang mengerjakan sesuatu yang halal. Melakukan sesuatu yang menggembirakan kita semua, sebab sudah menyalalah kilat. Meletuslah guntur, dan datanglah ambeq Bacoq dengan indo Bacoq. Jadi tali pikulan ini dengan kayu pikulan, indo Bacoqlah dengan ambeq Bacoq, yang tinggal menyambungnya.
Jadi beginilah yang dinamakan sepatah kata, yang kami kemukakan kepada kita semua, yang tidak tersusun, dan diakhiri. Muda-mudahan keselamatan dari Allah tetap atas kamu, begitu juga rahmat Allah. Akhir perkataan ini ditambahkan, bahwa memanglah begitu sifatnya laki-laki, bahwa, Kalau dia ke selatan dia menindis, kalau dia ke utara batu dia menyeberang. Kalau dia timur dia sendiri berkata. Kalau dia ada di sebelah barat, betul laki-laki mengatakan sesuatu yang benar. Muda-mudahan, kembali muda pucuknya pada sore hari. Dan bertunas pagi, kemudian hidup menyembah Tuhan.